والحَسنُ المَعروف طُرقا وغَدت      رجاله لا كا لصحيح إشتهرت

“Hadist Hasan adalah hadist yang diketahui jalan-jalan periwayatannya, sedangkan isytihar[1] para perawinya tidaklah sebaik para perawi hadist shahih”

Syaikh Ali al Halabiy berkata, “Syaikh ‘Abdus Sattar memberikan istidrak (konsep perbaikan) untuk nadzam di atas, sehingga menjadi :

والحسن الخفيف ضَبْطا إذ غدت       رجاله لا كا لصحيح إشتهرت

“Hadist Hasan adalah hadist yang kredibilitas perawinya lemah, yang isytihar para perawinya tidaklah sebaik para perawi hadist shahih”

Ta’rif (definisi) hadist Hasan :

هوالحديث الذي إتصل سندُه بنقل العدل الذي خفّ ضبطُه عن مثله من غير شذوذ ولاعلّة

“yaitu hadist yang sanadnya bersambung melalui para perawi adil yang kurang kredibilitasnya dari yang semisalnya, tanpa adanya syadz dan ‘illat.”

Dari ta’rif di atas maka dapat diketahui ada 5 (lima) syarat hadist hasan, yaitu :

  1. Ittishal / sanadnya bersambung
  2. para perawinya adil
  3. para perawinya memiliki dhabt/ kredibilitas yang kurang dibanding perawi hadist shahih
  4. tidak ada syadz
  5. tidak ada ‘illat

Untuk penjelasan beberapa istilah di atas, silakan lihat pembahasan hadist shahih sebelumnya.

Abu Sulaiman al Khathabi memberikan ta’rif hadist hasan sebagai berikut :

هو ما عُرف مخرجُه واشتهر رجاله وعليه مدارُ أكثرِ الحديث ويقبله أكثر العلماء واستعمله عامة الفقهاء

“(hadist hasan) yaitu hadist yang diketahui makhrajnya, para perawinya dikenal, kebanyakan hadist berkisar padanya, diterima kebanyakan ulama dan dipakai oleh ulama ahli fiqih pada umumnya”[2]

  • Yang dimaksud dengan “diketahui makhrajnya” (ما عُرف مخرجُه) yaitu : tidak syadz dan perawi tidak bersendirian dalam periwayatannya.
  • Yang dimaksud dengan “perawinya dikenal” (واشتهر رجاله) yaitu : perawinya tidak tertuduh berdusta.

Adapun Imam at Tirmidziy memberikan batasa hadist hasan sebagai berikut :

كلّ حديث يُروي لا يكون في إسناده مَن يُتهَم با لكذِب ولا يكون الحديث شاذّا ويُروي مِن غير وجه نحوُ ذٰلك

“yaitu setiap hadist yang di dalam sanadnya tidak kedapatan perawi yang tertuduh berdusta, tidak ada syadz, dan adanya riwayat lain yang semisalnya”.

  • Termasuk perawi yang tertuduh berdusta adalah : sangat ghaflah dan banyak salahnya.
  • Syadz terdapat pada matan atau sanadSyadz pada matan yaitu hadist yang matannya menyelisihi matan hadist yang paling shahih dalam suatu bab. Syadz pada sanad yaitu penyelisihan seorang perawi tsiqah terhadap perawi yang lebih tsiqah darinya (lihat penjelasan sebelumnya dalam pembahasan hadist shahih).
  • Yang dimaksud “adanya riwayat lain yang semisalnya” yaitu perawi tidak bersendirian di dalam periwayatannya.

Contoh hadist hasan :

Dari Abu Hurairah radhiyallohu ‘anhu, Rasulullah shallallohu ‘alaihi wa sallam bersabda :

أكثروا من شهادة أن لاإله إلا الله قبل أن يُحال بينكم و بينها ولقنوها موتاكم

“Perbanyaklah bersyahadat laa ilaaha illa Allah, sebelum engkau dihalangi darinya. Dan talqinkan kalimat tersebut kepada orang yang hendak meninggal”[3]

Hadist tersebut memiliki sanad yang hasan. Di dalamnya ada Dhimam ibn Isma’il.

–         Al Hafidz adz Dzahabi berkata tentangnya, “hadistnya baik, sebagian ulama melemahkannya tanpa hujjah”

–         Abu Zur’ah al ‘Iraqiy menukil dalam Dzailul Kasyif (hal. 144) perkataan imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah tentangnya “hadistnya baik”

–         Dari Abu Hatim, “orang yang jujur dan ahli ibadah”

–         Imam Nasa’i, “hadistnya tidak mengapa”

–         Al Hafidz Ibn Hajar berkomentar, “dia seorang yang jujur, terkadang salah”

. Maka orang yang sepertinya, hadistnya tidak turun dari derajat hasan.

Allohu a’lam.


[1] Makna isytihar adalah : jujur, kuat hafalannya, tidak tertuduh berdusta.

[2] Tadribur Rawi (1/153-154) yang asalnya diambil dari matan at Taqrib milik an Nawawi rahimahullah.

[3] Diriwayatkan oleh Abu Ya’la (6147), dan al Khatib dalam tarikhnya (3/38), Hamzah al Kinani dalam Juz’ul Bithaqah (7), Rafi’i dalam Tarikh Qazwain (4/74) dari dua jalan dari Dhimam bin Isma’il dari Musa bin Wardan dari Abu Hurairah radhiyallohu ‘anhu.

About Abu Abdirrohman

Abu Abdirrohman

Satu tanggapan »

  1. […] “Perbanyaklah bersyahadat laa ilaaha illa Allah, sebelum engkau dihalangi darinya. Dan talqinkan kalimat tersebut kepada orang yang hendak meninggal”[3] […]

  2. […] Hasan adalah hadist yang diketahui jalan-jalan periwayatannya, sedangkan isytihar[1] para perawinya tidaklah sebaik para perawi hadist […]

  3. […] Hasan adalah hadist yang diketahui jalan-jalan periwayatannya, sedangkan isytihar[1] para perawinya tidaklah sebaik para perawi hadist […]

Tinggalkan komentar